Tuan-Tuan,
abang-abang kami yang terhormat.
Kalian
yang ada di sana, di kantor PB HMI Diponogoro, perkenankan aku menyampaikan
surat terbuka ini sebagai wujud kecintaanku kepada Himpunan yang juga aku
cintai.
Melihat
dan membaca kabar dari berbagai media on line, sosial media, baik twitter
ataupun facebook, prihal kekisruhan yang terjadi di tubuh organisasi bentukan
almarhum Lafran Pane ini, sungguh menyeruak ke permukaan rasa nyinyir, miris
dan jijik. Organisasi yang merupakan wadah berkecimpungnya generasi muda
penerus estafet kepemimpinan bangsa ini, kini sepertinya sudah mengalami
disorientasi akan arah perjuangan yang digagas pendirinya.
Belumlah
usai efek dualisme kepemimpinan, bau anyir nanah perpecahan menguar menyesap ke
lorong-lorong komisariat. Faksionalisasi kini muncul lagi ibarat virus yang
menebarkan wabah penyakit. Adalah hal yang aneh, bila problematika di kantor
yang tuan-tuan, abang-abang duduki itu tak diketahui oleh adik-adik yang ada di
akar rumput di tengah meluasnya kebebasan pers yang semakin menggila.
Tuan-tuan,
abang-abang kami yang terhormat
Tak
pahamkah kalian bahwa konflik itu meruntuhkan semangat adik-adik di bawah, yang
berupaya dengan penuh ketulusan dan keikhlasan mencoba merangkai mimpi menjadi
pribadi manusia yang lebih baik dalam Himpunan?.
Tak
tahukah kalian, bila perseteruan itu menyakiti jutaan kader Himpunan di segenap
penjuru Nusantara yang kini tak punya pegangan hingga keluar ucapan “Konflik
ini membuat HMI tak lagi suci, tak lagi sakti”?
Butakah
kalian bila konflik yang terus dipupuk akan menguras energi sia-sia hingga
melupakan esensi dan tujuan awal dari dibentuknya Himpunan ini?. Oh.. Ke mana
kami akan mencari penyangga bila kalian yang di atas selalu berseteru tak kenal
henti tanpa memikirkan perjuangan dan pengorbanan adik-adik di Komisariat.
Tuan-Tuan,
Abang-Abang yang kami hormati.
Wadah
Himpunan kini dipenuhi dengan lumut-lumut hijau. Secara filosofis warna hijau
bermakna hubbud dunya, cinta pada dunia, cinta pada materi, cinta pada
kekuasaan. Hijau Hitam bukan lagi sebuah kebanggaan saat dipakai di badan.
Sebab warna hitamnya, mulai pudar ditelan zaman yang semakin menua. Padahal
hitam adalah warna keabadian, warna yang lahir sebelum ada warna-warna lain.
Hitam adalah warna baqa’ yang identik dengan ilmu pengetahuan. Apa jadinya Himpunan
bila hijau terlalu mendominasi hitam hingga warna hitam berwajah sayu dan kuyu?
Jangan
dikira apa yang terjadi di kantor yang tuan-tuan, abang-abang tempati tidak
merembes ke bawah. Jangan salah bang!. Kebocoran rumah itu terjadi karena
adanya genteng yang pecah atau ada yang renggang. Jangan salahkan adik-adik,
bila ke depannya mereka juga akan berprilaku sama dengan apa yang abang-abang
pertontonkan saat ini. Bisa jadi ini adalah mata rantai setan yang tak ada
ujungnya. Konflik. Konflik. Dan konflik. Bukannya kader HMI tak siap untuk
berkonflik. Bukannya kader HMI tak siap untuk berdinamika. Tapi jika konfliknya
bukan mengarah kepada hal yang produktif, bukan konflik wacana dan gagasan,
konflik yang dikelola hanya akan melahirkan kesia-siaan. Buang-buang energi.
Tuan-tuan,
abang-abang yang saya cintai.
Saat
ini, saya merasakan Himpunan ini bukan lagi menjadi aquarium dari lahirnya
calon pemimpin bangsa. Himpunan tempat kita berkumpul ini, harus disadari tak
lagi melahirkan intelektual-intelektual progresif revolusioner. Yang ada malah
sosok-sosok manusia yang saling selimpung sana, selimpung sini. Sikat sana,
sikat sini.
Saya
menilai Himpunan ini bukan lagi organisasi perkaderan bagi generasi umat dan
bangsa. Tapi sudah berubah ibarat organisasi kaum buruh. Tentu kita semua tahu,
setiap kaum buruh melaksanakan kongres, kekalahan dalam kongres selalu direspon
dengan membentuk organ baru, organ tandingan. Pihak yang kalah kemudian akan
membawa pendukungnya keluar dari organ yang telah lama membesarkannya. Salahkah
saya bila mempunyai penilaian itu karena sikap dan tindakan abang-abang
sekalian yang begitu vulgar itu?
Tuan-tuan,
abang-abang yang aku banggakan
Tahukah
abang-abang, bila perpecahan dalam tubuh Himpunan ini menjadi titik lemah
perjuangan kita?. Pahamkah abang-abang sekalian bahwa kita sudah tak pantas
lagi menyandang dan memangku mandat dari langit sebagai organisasi yang mampu
menjawab persoalan umat dan bangsa?
Sudah
saatnya kita tak lagi berada di tahap politike toestand lagi, tapi harus
melangkah ke tahapan selanjutnya, tahap machtvorming. Tahap di mana Himpunan
ini harus bergegas melakukan pengakumulasian kekuatan dan pembangunan
organisasi.
Tuan-tuan,
abang-abang yang kami banggakan
Satu
pinta saya, segeralah duduk bersama dengan guyub. Bermusyawarahlah hingga
menghasilkan kata sepakat. Tak ada tendensi apapun saat saya menuliskan surat
ini selain kecintaan pada Himpunan. Tak pula ada rasa takut, meski ada di
antara kalian yang nantinya akan menandai saya sebagai musuh bagi suatu kaum
atau golongan. Bila kalian menjawab “oh tidak bisa” atas permohonanku, maka
ijinkan saya meminjam perkataan Fariq Al-Faruqi dalam “Jalan Harimau”nya.
Jika begitu bahasa kalian,
kau dengarlah aumku
Penembak jitu bersembunyi di
balik rumpun bambu
Petarung handal menanti di
padang datar
Penggulung ulung bersiasat
di lembah sempit
Biar rengkah dadaku dicabik
nyawa dari badan
Aku tetap bakal lalu
Aku akan tempuh itu sekalian
jalan.
Wassalam
*Muhammad
Shofa (Aktivis Bakornas LAPMI PB HMI).
Dimuat:
http://independensia.com/
0 komentar:
Posting Komentar