Rabu, 07 Mei 2014

Tuan-Tuan, abang-abang kami yang terhormat.
Kalian yang ada di sana, di kantor PB HMI Diponogoro, perkenankan aku menyampaikan surat terbuka ini sebagai wujud kecintaanku kepada Himpunan yang juga aku cintai.
Melihat dan membaca kabar dari berbagai media on line, sosial media, baik twitter ataupun facebook, prihal kekisruhan yang terjadi di tubuh organisasi bentukan almarhum Lafran Pane ini, sungguh menyeruak ke permukaan rasa nyinyir, miris dan jijik. Organisasi yang merupakan wadah berkecimpungnya generasi muda penerus estafet kepemimpinan bangsa ini, kini sepertinya sudah mengalami disorientasi akan arah perjuangan yang digagas pendirinya.
Belumlah usai efek dualisme kepemimpinan, bau anyir nanah perpecahan menguar menyesap ke lorong-lorong komisariat. Faksionalisasi kini muncul lagi ibarat virus yang menebarkan wabah penyakit. Adalah hal yang aneh, bila problematika di kantor yang tuan-tuan, abang-abang duduki itu tak diketahui oleh adik-adik yang ada di akar rumput di tengah meluasnya kebebasan pers yang semakin menggila.
Tuan-tuan, abang-abang kami yang terhormat
Tak pahamkah kalian bahwa konflik itu meruntuhkan semangat adik-adik di bawah, yang berupaya dengan penuh ketulusan dan keikhlasan mencoba merangkai mimpi menjadi pribadi manusia yang lebih baik dalam Himpunan?.
Tak tahukah kalian, bila perseteruan itu menyakiti jutaan kader Himpunan di segenap penjuru Nusantara yang kini tak punya pegangan hingga keluar ucapan “Konflik ini membuat HMI tak lagi suci, tak lagi sakti”?
Butakah kalian bila konflik yang terus dipupuk akan menguras energi sia-sia hingga melupakan esensi dan tujuan awal dari dibentuknya Himpunan ini?. Oh.. Ke mana kami akan mencari penyangga bila kalian yang di atas selalu berseteru tak kenal henti tanpa memikirkan perjuangan dan pengorbanan adik-adik di Komisariat.
Tuan-Tuan, Abang-Abang yang kami hormati.
Wadah Himpunan kini dipenuhi dengan lumut-lumut hijau. Secara filosofis warna hijau bermakna hubbud dunya, cinta pada dunia, cinta pada materi, cinta pada kekuasaan. Hijau Hitam bukan lagi sebuah kebanggaan saat dipakai di badan. Sebab warna hitamnya, mulai pudar ditelan zaman yang semakin menua. Padahal hitam adalah warna keabadian, warna yang lahir sebelum ada warna-warna lain. Hitam adalah warna baqa’ yang identik dengan ilmu pengetahuan. Apa jadinya Himpunan bila hijau terlalu mendominasi hitam hingga warna hitam berwajah sayu dan kuyu?
Jangan dikira apa yang terjadi di kantor yang tuan-tuan, abang-abang tempati tidak merembes ke bawah. Jangan salah bang!. Kebocoran rumah itu terjadi karena adanya genteng yang pecah atau ada yang renggang. Jangan salahkan adik-adik, bila ke depannya mereka juga akan berprilaku sama dengan apa yang abang-abang pertontonkan saat ini. Bisa jadi ini adalah mata rantai setan yang tak ada ujungnya. Konflik. Konflik. Dan konflik. Bukannya kader HMI tak siap untuk berkonflik. Bukannya kader HMI tak siap untuk berdinamika. Tapi jika konfliknya bukan mengarah kepada hal yang produktif, bukan konflik wacana dan gagasan, konflik yang dikelola hanya akan melahirkan kesia-siaan. Buang-buang energi.
Tuan-tuan, abang-abang yang saya cintai.
Saat ini, saya merasakan Himpunan ini bukan lagi menjadi aquarium dari lahirnya calon pemimpin bangsa. Himpunan tempat kita berkumpul ini, harus disadari tak lagi melahirkan intelektual-intelektual progresif revolusioner. Yang ada malah sosok-sosok manusia yang saling selimpung sana, selimpung sini. Sikat sana, sikat sini.
Saya menilai Himpunan ini bukan lagi organisasi perkaderan bagi generasi umat dan bangsa. Tapi sudah berubah ibarat organisasi kaum buruh. Tentu kita semua tahu, setiap kaum buruh melaksanakan kongres, kekalahan dalam kongres selalu direspon dengan membentuk organ baru, organ tandingan. Pihak yang kalah kemudian akan membawa pendukungnya keluar dari organ yang telah lama membesarkannya. Salahkah saya bila mempunyai penilaian itu karena sikap dan tindakan abang-abang sekalian yang begitu vulgar itu?
Tuan-tuan, abang-abang yang aku banggakan
Tahukah abang-abang, bila perpecahan dalam tubuh Himpunan ini menjadi titik lemah perjuangan kita?. Pahamkah abang-abang sekalian bahwa kita sudah tak pantas lagi menyandang dan memangku mandat dari langit sebagai organisasi yang mampu menjawab persoalan umat dan bangsa?
Sudah saatnya kita tak lagi berada di tahap politike toestand lagi, tapi harus melangkah ke tahapan selanjutnya, tahap machtvorming. Tahap di mana Himpunan ini harus bergegas melakukan pengakumulasian kekuatan dan pembangunan organisasi.
Tuan-tuan, abang-abang yang kami banggakan
Satu pinta saya, segeralah duduk bersama dengan guyub. Bermusyawarahlah hingga menghasilkan kata sepakat. Tak ada tendensi apapun saat saya menuliskan surat ini selain kecintaan pada Himpunan. Tak pula ada rasa takut, meski ada di antara kalian yang nantinya akan menandai saya sebagai musuh bagi suatu kaum atau golongan. Bila kalian menjawab “oh tidak bisa” atas permohonanku, maka ijinkan saya meminjam perkataan Fariq Al-Faruqi dalam “Jalan Harimau”nya.
Jika begitu bahasa kalian, kau dengarlah aumku
Penembak jitu bersembunyi di balik rumpun bambu
Petarung handal menanti di padang datar
Penggulung ulung bersiasat di lembah sempit
Biar rengkah dadaku dicabik nyawa dari badan
Aku tetap bakal lalu
Aku akan tempuh itu sekalian jalan.
Wassalam
*Muhammad Shofa (Aktivis Bakornas LAPMI PB HMI).

Dimuat: http://independensia.com/

0 komentar:

Posting Komentar

| Yakin-Usaha-Sampai |