Senin, 02 Juni 2014

APAKABARHMI – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) harus mengambil alih penanganan kasus dugaan korupsi bus TransJakarta yang tengah disidik Kejaksaan Agung (Kejagung). Langkah ini penting mengingat kasus yang menjerat eks Kadishub DKI Udar Pristono itu kini cukup rumit dan berbau politis.
Begitu dikatakan Koordinator Aksi Gerakan Kader HMI se-Jakarta, Fahriz dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi (Senin, 2/6).
Gerakan Kader HMI se-Jakarta sendiri siang tadi menyampaikan tuntutannya langsung di depan kantor KPK, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan. Sebelumnya, mereka juga sudah menggeruduk kantor Balai Kota DKI Jakarta belum lama ini.
"KPK sebagai lembaga super power dalam hal pemberantasan tindak pidana korupsi harus cepat tanggap dengan kasus BKTB yang merugikan negara sebesar Rp. 1,5 Triliun.‎ Kejagung RI sebagai penegak KUHP dan KUHAP mendadak loyo semenjak ditetapkannya Udar Pristono dan Bimo sebagai tersangka," tekan Fahriz.
Menurut Fahriz, KPK punya hak untuk mengambil alih kasus itu dari tangan Kejagung. Hal itu sebagaimana tertulis dalam pasal 6 huruf b, pasal 8, dan pasal 9 UU No. 30 tahun 2002. Karenanya, hal itu harus segera dilakukan.
"KPK harus segera mengambil alih kasus korupsi BKTB sebagaimana yang tertera pada pasal 6 huruf b, pasal 8, dan pasal 9 Undang-Undang No. 30 tahun 2002," terang dia.
Setelah mengambil alih kasus itu, Fahriz juga meminta KPK untuk  ‎menetapkan Jokowi sebagai tersangka dalam kasus korupsi itu. Selaku penanda tangan penetapan proyek BKTB seperti halnya Andi Malarangeng dalam kasus proyek Hambalang sebagai penandatangan dan penanggung jawab proyek Hambalang, Jokowi harus ikut dijerat.
"Tetapkan segera Jokowi sebagai tersangka," demikian Fahriz.
Sumber: http://www.rmol.co/

Kamis, 22 Mei 2014

“Pelaku pengeroyokan harus ditangkap dan dihukum seberat-beratnya. Kalau Kapolsek tidak bisa menyelesaikan kasus ini, maka kami menuntut Kapolsek untuk turun dari jabatannya.”
APAKABARHMI – Ribuan aktivis yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat mendatangi Polsek Pamulang untuk mengawal laporan pengeroyokan terhadap empat kadernya yang terluka parah. Aksi itu dilakukan pada hari Rabu 21 Mei 2014.
“Kader HMI Cabang Ciputat mendatangi Polsek Pamulang untuk mengatarkan korban melaporkan kronologis dan mengawal pembuatan BAP di polsek pamulang,” ungkap Ketua Umum HMI Cabang Ciputat, Asep Solahuddin kepada SIARNUSA, Jakarta, Kamis (22/5).
Asep menjelaskan, sebenarnya pelaku pengeroyokan tersebut sudah diamankan oleh pihak kepolisian sesaat setelah kejadian. Akan tetapi beberapa saat kemudian, pelaku dibebaskan kembali. Dan hal itu lah yang menyebabkan HMI Cabang Ciputat merasa perlu untuk mengawal kasus pengeroyokan tersebut demi menegakkan proses hukum.
“Karena sebelumnya pelaku pengeroyokan sudah ditangkap, dan dibebaskan begitu saja, maka, ribuan kader HMI cabang ciputat mendatangi polsek untuk mengawal itu,” ungkapnya.
Asep menuntut supaya pihak kepolisian Pamulang dapat menuntaskan kasus ini sesuai dengan prosedur hokum yang berlaku. “Pelaku pengeroyokan harus ditangkap dan dihukum seberat-beratnya. Kalau Kapolsek tidak bisa menyelesaikan kasus ini, maka kami menuntut Kapolsek untuk turun dari jabatannya,” ancamnya.
Salah satu korban pengeroyokan menuturkan, ia bersama empat korban lainnya secara resmi telah melaporkan kasus ini kepada pihak kepolisian Pamulang. “Alhamdulillah, saya bersama tiga korban lainnya telah melaporkan kepada polisi kasus pengeroyokan ini,” ungkap Bahru Rosi yang juga merupakan Ketua Umum HMI Komisariat Ushuluddin.
Empat korban pengeroyokan tersebut, yaitu Ketua Umum HMI Komfuf, Bahru Rosi, Ketua Bidang PTKK Komfaksy, M. Caesal Regi, Kader HMI Komfaksy, Riyan dan Bendahara Umum HMI Cabang Ciputat, Ismail.

 Sumber: www.siarnusa.com
Kapolsek Pamulang, Kompol Doddy Ferdinand Sanjaya
“Insya Allah kita berusaha maksimal. Tolong infokan kepada teman-teman agar bila mengetahui keberadaan para oknum yang diduga tersangka agar memberi info ke kami.”
APAKABARHMI – Pihak kepolisian Pamulang berjanji akan mengusut tuntas kasus pengeroyokan yang dilakukan oleh puluhan oknum mahasiswa kepada empat aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat, yang terjadi pada hari Rabu 21 Mei dini hari kemarin.
“Insya Allah kita berusaha maksimal. Tolong infokan kepada teman-teman agar bila mengetahui keberadaan para oknum yang diduga tersangka agar memberi info ke kami,” ungkap Kapolsek Pamulang, Kompol Doddy Ferdinand Sanjaya, Kamis (22/5).
Dodi menjelaskan, setelah mendapatkan laporan resmi dari keempat korban, pihaknya seketika itu langsung melakukan pencarian terhadap para terduga pengeroyokan. “Anggota saya masih terus melakukan pencarian,” ungkapnya.
Sampai saat ini, para pelaku pengeroyokan masih belum juga bisa ditangkap karena belum diketahui keberadaannya.
“Namun kelihatannya orang-orang tersebut masih sembunyi karena dari tadi malam juga sudah dicari-cari warga yang gerah dengan perilaku mereka selama ini,” ungkapnya.

Namun dari itu, Dodi berharap, supaya kawan-kawan HMI bisa bersabar serta memberikan waktu kepada pihanya untuk dapat menuntaskan kasus pengeroyokan tersebut. Salam untuk rekan-rekan HMI dan mohon bersabar,” pungkasnya.
Sumber: www.siarnusa.com

Rabu, 21 Mei 2014

Bekas luka Bahrur Rosi di bagian kepala
"Nanti kita akan koordinasi dulu. Dan tentunya ini memang tindak kriminal yang harus diselesaikan melalui jalur hukum.
SIARNUSA.com – Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (HMI Komfuf) Cabang Ciputat, Bahrur Rosi, menjadi korban pengeroyokan oleh sekawanan yang mengatasnamakan Komunitas Mahasiswa (KM).
Pengeroyokan itu terjadi di kawasan depan Rumah Sakit Daerah Tangerang Selatan, Pamulang, Rabu (21/5) sekitar pukul 01.30 WIB dini hari tadi.
Rosi menuturkan, awalnya dirinya hanya menyaksikan kerusuhan antara HMI Komisariat Pamulang dengan KM Pamulang, yang disebabkan oleh kesalahpahaman antara kedua belah pihak.
"Ya tadinya saya sama kawan-kawan Ciputat dapat kabar kalau ada aksi keributan di pamulang, tapi pas saya sampai di Pamulang ternyata keributan itu sudah diatasi oleh pak polisi," ungkapnya ketika diwawancarai SIARNUSA.
Setelah itu, Rosi dan tiga kawannya pulang ke Ciputat naik mobil bak. Nasib sial menimpa Rosi. Di tengah perjalanan, Rosi dihadang puluhan orang dan dipaksa turun.  Kemudian, puluhan orang itu mengeroyok Rosi hingga kepalanya berdarah.
"Saya dan kawan-kawan pulang naik mobil bak. Tapi diberhentikan oleh mereka, terus saya disuruh turun, terus saya dipegang dan dipukul sampai babak belur," ungkapnya.
Pengurus HMI Cabang Ciputat, Dwi Haryanto, membenarkan adanya aksi pemukulan tersebut. Dwi menjelaskan, pihak pengurus HMI Cabang Ciputat akan menyelesaikan kasus itu melalui jalur hukum.
"Nanti kita akan koordinasi dulu. Dan tentunya ini memang tindak kriminal yang harus diselesaikan melalui jalur hukum," ungkap Dwi.
Sumber: http://www.siarnusa.com/nasional/ketum-hmi-komfuf-jadi-korban-pengeroyokan-aktivis-km
“Ini sudah sekian kalinya mereka melakukan aksi premanisme. Untuk itu, kami akan menurunkan seribu kader HMI se-Jabodetabek-Banten untuk mencari mereka yang telah melakukan aksi pengeroyokan tersebut.”
APAKABARHMI – Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat, Asep Solahuddin mengecam aksi pengeroyokan yang dilakukan oleh kelompok mahasiswa yang mengatasnamakan KM kepada sejumlah kader HMI yang terjadi dini hari tadi.
“HMI Cabang Ciputat mengecam aksi pengeroyokan terhadap kader-kader HMI Cabang Ciputat,” ungkap Asep kepada SIARNUSA, Tangerang Selatan, Rabu (21/5).
Asep mengatakan, ini adalah masalah yang sangat serius. Secara hukum, tindakan pemukulan dan pengeroyokan sangat tidak dibenarkan, terlebih  hal ini menyangkut harga diri organisasi.
“Ini sudah sekian kalinya mereka melakukan aksi premanisme. Untuk itu, kami akan menurunkan seribu kader HMI se-Jabodetabek-Banten untuk mencari mereka yang telah melakukan aksi pengeroyokan tersebut,” tegasnya.
Ada empat korban dalam aksi pengeroyokan tersebut, yaitu Ketua Umum HMI Komfuf, Bahru Rosi, Ketua Bidang PTKK, M. Caesal Regi, Kader HMI Komfaksy, Riyan dan Bendahara Umum HMI Cabang Ciputat, Ismail.
Selaku korban, Regi menjelaskan, dirinya sempat disandera di area Rumah Sakit Daerah Kota Tangerang Selatan (RSUD Tangsel) setelah aksi pemukulan. Baru sesaat setelah polisi datang, dirinya kemudian dibebaskan. “Saya dipukuli lebih dari 25 orang, dan disandera selama 30 menit di RSUD Tangsel,” ungkapnya.
Regi mengalami luka yang sangat serius. Kepala dan wajahnya nampak terlihat lebam dan memar akibat dipukuli oleh benda tumpul. 
Sumber: http://www.siarnusa.com/

Rabu, 07 Mei 2014

Tuan-Tuan, abang-abang kami yang terhormat.
Kalian yang ada di sana, di kantor PB HMI Diponogoro, perkenankan aku menyampaikan surat terbuka ini sebagai wujud kecintaanku kepada Himpunan yang juga aku cintai.
Melihat dan membaca kabar dari berbagai media on line, sosial media, baik twitter ataupun facebook, prihal kekisruhan yang terjadi di tubuh organisasi bentukan almarhum Lafran Pane ini, sungguh menyeruak ke permukaan rasa nyinyir, miris dan jijik. Organisasi yang merupakan wadah berkecimpungnya generasi muda penerus estafet kepemimpinan bangsa ini, kini sepertinya sudah mengalami disorientasi akan arah perjuangan yang digagas pendirinya.
Belumlah usai efek dualisme kepemimpinan, bau anyir nanah perpecahan menguar menyesap ke lorong-lorong komisariat. Faksionalisasi kini muncul lagi ibarat virus yang menebarkan wabah penyakit. Adalah hal yang aneh, bila problematika di kantor yang tuan-tuan, abang-abang duduki itu tak diketahui oleh adik-adik yang ada di akar rumput di tengah meluasnya kebebasan pers yang semakin menggila.
Tuan-tuan, abang-abang kami yang terhormat
Tak pahamkah kalian bahwa konflik itu meruntuhkan semangat adik-adik di bawah, yang berupaya dengan penuh ketulusan dan keikhlasan mencoba merangkai mimpi menjadi pribadi manusia yang lebih baik dalam Himpunan?.
Tak tahukah kalian, bila perseteruan itu menyakiti jutaan kader Himpunan di segenap penjuru Nusantara yang kini tak punya pegangan hingga keluar ucapan “Konflik ini membuat HMI tak lagi suci, tak lagi sakti”?
Butakah kalian bila konflik yang terus dipupuk akan menguras energi sia-sia hingga melupakan esensi dan tujuan awal dari dibentuknya Himpunan ini?. Oh.. Ke mana kami akan mencari penyangga bila kalian yang di atas selalu berseteru tak kenal henti tanpa memikirkan perjuangan dan pengorbanan adik-adik di Komisariat.
Tuan-Tuan, Abang-Abang yang kami hormati.
Wadah Himpunan kini dipenuhi dengan lumut-lumut hijau. Secara filosofis warna hijau bermakna hubbud dunya, cinta pada dunia, cinta pada materi, cinta pada kekuasaan. Hijau Hitam bukan lagi sebuah kebanggaan saat dipakai di badan. Sebab warna hitamnya, mulai pudar ditelan zaman yang semakin menua. Padahal hitam adalah warna keabadian, warna yang lahir sebelum ada warna-warna lain. Hitam adalah warna baqa’ yang identik dengan ilmu pengetahuan. Apa jadinya Himpunan bila hijau terlalu mendominasi hitam hingga warna hitam berwajah sayu dan kuyu?
Jangan dikira apa yang terjadi di kantor yang tuan-tuan, abang-abang tempati tidak merembes ke bawah. Jangan salah bang!. Kebocoran rumah itu terjadi karena adanya genteng yang pecah atau ada yang renggang. Jangan salahkan adik-adik, bila ke depannya mereka juga akan berprilaku sama dengan apa yang abang-abang pertontonkan saat ini. Bisa jadi ini adalah mata rantai setan yang tak ada ujungnya. Konflik. Konflik. Dan konflik. Bukannya kader HMI tak siap untuk berkonflik. Bukannya kader HMI tak siap untuk berdinamika. Tapi jika konfliknya bukan mengarah kepada hal yang produktif, bukan konflik wacana dan gagasan, konflik yang dikelola hanya akan melahirkan kesia-siaan. Buang-buang energi.
Tuan-tuan, abang-abang yang saya cintai.
Saat ini, saya merasakan Himpunan ini bukan lagi menjadi aquarium dari lahirnya calon pemimpin bangsa. Himpunan tempat kita berkumpul ini, harus disadari tak lagi melahirkan intelektual-intelektual progresif revolusioner. Yang ada malah sosok-sosok manusia yang saling selimpung sana, selimpung sini. Sikat sana, sikat sini.
Saya menilai Himpunan ini bukan lagi organisasi perkaderan bagi generasi umat dan bangsa. Tapi sudah berubah ibarat organisasi kaum buruh. Tentu kita semua tahu, setiap kaum buruh melaksanakan kongres, kekalahan dalam kongres selalu direspon dengan membentuk organ baru, organ tandingan. Pihak yang kalah kemudian akan membawa pendukungnya keluar dari organ yang telah lama membesarkannya. Salahkah saya bila mempunyai penilaian itu karena sikap dan tindakan abang-abang sekalian yang begitu vulgar itu?
Tuan-tuan, abang-abang yang aku banggakan
Tahukah abang-abang, bila perpecahan dalam tubuh Himpunan ini menjadi titik lemah perjuangan kita?. Pahamkah abang-abang sekalian bahwa kita sudah tak pantas lagi menyandang dan memangku mandat dari langit sebagai organisasi yang mampu menjawab persoalan umat dan bangsa?
Sudah saatnya kita tak lagi berada di tahap politike toestand lagi, tapi harus melangkah ke tahapan selanjutnya, tahap machtvorming. Tahap di mana Himpunan ini harus bergegas melakukan pengakumulasian kekuatan dan pembangunan organisasi.
Tuan-tuan, abang-abang yang kami banggakan
Satu pinta saya, segeralah duduk bersama dengan guyub. Bermusyawarahlah hingga menghasilkan kata sepakat. Tak ada tendensi apapun saat saya menuliskan surat ini selain kecintaan pada Himpunan. Tak pula ada rasa takut, meski ada di antara kalian yang nantinya akan menandai saya sebagai musuh bagi suatu kaum atau golongan. Bila kalian menjawab “oh tidak bisa” atas permohonanku, maka ijinkan saya meminjam perkataan Fariq Al-Faruqi dalam “Jalan Harimau”nya.
Jika begitu bahasa kalian, kau dengarlah aumku
Penembak jitu bersembunyi di balik rumpun bambu
Petarung handal menanti di padang datar
Penggulung ulung bersiasat di lembah sempit
Biar rengkah dadaku dicabik nyawa dari badan
Aku tetap bakal lalu
Aku akan tempuh itu sekalian jalan.
Wassalam
*Muhammad Shofa (Aktivis Bakornas LAPMI PB HMI).

Dimuat: http://independensia.com/

Selasa, 06 Mei 2014

“Tuduhan-tuduhan yang diungkapkan oleh Mulyadi dengan mengklaim pengurus lainnya adalah tindakan fitnah dan pengkhianatan,” 
APAKABARHMI – Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) Chairul Sahbana Tarigan menerangkan, manuver Sekjen PB HMI Mulyadi P Tamsir yang mendesak mundur Ketua Umum PB HMI M Arief Rosyid adalah upaya penzaliman dan makar oleh oknum serta penghinaan terhadap gerakan Islam.
“Tuduhan-tuduhan yang diungkapkan oleh Mulyadi dengan mengklaim pengurus lainnya adalah tindakan fitnah dan pengkhianatan,” kata dia dalam siaran persnya, Selasa (6/5).
Dia menduga ada kepentingan yang ingin menghancurkan gerakan HMI. Sebab, HMI saat ini sedang menjalankan tujuan mulia. Ia pun menyerukan kepada seluruh kader kader HMI serta umat Islam di seluruh dunia untuk tetap bersatu membesarkan HMI.
“Tentunya dia juga merusak citra organisasi besar ini. Kalau sadar diri yang seharusnya mundur adalah dia, kasihan HMI,” ujarnya.
Menurutnya keberadaan Mulyadi yang menjadi pengurus HMI telah merusak semangat kaderisasi dan persatuan nasional. Mulyadi juga telah melanggar Undang-undang Kepemudaan Nomor 40 tahun 2009 yang menegaskan tentang batasan usia pemuda Indonesia yakni 15 sampai dengan 30 tahun.
“Mulyadi berumur 33 tahun, seharusnya dia yang bertaubat dengan mengundurkan diri. Ini adalah tindakan makar bagi seorang kader HMI dan seorang warga negara dengan tidak mematuhi hukum undang undang yang sudah disahkan dan ditetapkan oleh DPR,” tegasnya.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PB HMI, Mulyadi P Tamsir dan sejumlah fungsionaris Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) menyatakan mosi tidak percaya kepada Ketua Umum PB HMI, Muhammad Arief Rosyid Sasan dan meminta untuk mundur dari jabatannya.
“Ketua Umum telah melanggar konstitusi dan dinyatakan tidak cakap lagi memimpin kepengurusan PB HMI Periode 2013-2015,” kata Mulyadi dalam jumpa persnya di kantor Sekretariat PB HMI, Jalan Diponegoro Nomor 16, Jakarta, Sabtu 3 Mei lalu.‎

Senin, 05 Mei 2014

"Dinamika organisasi memang hal yang biasa, akan tetapi jika sudah menuju perpecahan dan kehancuran, sebaiknya seluruh komponen pengurus melakukan perdamaian dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terlanjur terjadi,
APAKABARHMI – Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Dani Ramdhany menilai bahwa seharusnya para fungsionaris Pengurus Besar HMI mampu menciptakan suasana yang kondusif meski di tengah pergolakan dinamika organisasi yang semakin memanas.
"Pengurus Besar HMI sepantasnya harus menunjukan sikap yang bijaksana dan jauh dari berbagai kepentingan politik praktis, serta mampu memberi contoh yang baik kepada ribuan kader yang tersebar di seluruh Indonesia," ungkap Ramdhany kepada redaksi di Jakarta, Selasa (6/5/2014).
Menanggapi prihal mosi tidak percaya yang ditujukan kepada Ketua Umum PB HMI, Ramdhany menyarankan supaya para pemangku kepentingan dan kekuasaan yang ada di intern PB HMI melalukan islah, demi terwujudnya kebaikan bersama.
"Dinamika organisasi memang hal yang biasa, akan tetapi jika sudah menuju perpecahan dan kehancuran, sebaiknya seluruh komponen pengurus melakukan perdamaian dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terlanjur terjadi," tegas Ramdhany.
Bagi Ramdhany, sebaiknya HMI  memfokuskan diri untuk mewujudkan perkaderan yang baik dan benar, bukan malah disibukan untuk memaksakan kepentingan pribadi atau kelompok tertentu yang malah itu akan menyebabkan HMI terpuruk dalam perpecahan.
"Tugas pokok HMI adalah menjaga perkaderan dengan baik, berjuang untuk mewujudkan tujuan suci, yaitu menciptakan individu kader yang paripurna serta mewujudkan realitas masyarakat yang adil dan makmur," pungkasnya.
| Yakin-Usaha-Sampai |